Khayangan News

Media Online Paling Akurat dan Terpercaya

Selasa, 22 Desember 2020

Catatan Kecil Untuk Para Buzzer di Pilgub Jambi 2020, Oleh : Citra Darminto

Sebelum dunia maya digunakan untuk sosialisasi dan kampanye kandidat dalam pemilukada, masyarakat hanya mengenal adanya Tim kampanye dan tim sukses. Tim kampanye terdaftar secara resmi di KPU, sementara tim sukses  merupakan tim keluarga/kerabat dan  tidak perlu didaftar secara resmi di KPU. Namun setelah maraknya dunia maya dimanfaatkan sebagai media sosialisasi dan kampanye, pendukung kandidat yang akan maju bertarung dalam pemilukada bukan hanya tim   kampanye dan tim sukses yang diandalkan dalam  melakukan pendekatan kepada masyarakat  agar ikut memilih  kandidat. 

Buzzer ataupun para pendengung di media social juga berperan penting dalam kampanye, selain dapat memberikan ruang untuk kebebasan berekspresi di media social juga bisa menjadi ajang mempengaruhi pemilih. Para buzzer menyampaikan pesan secara persuasif dan asertif, namun ada juga dengan cara agresif   menyerang  dalam mempengaruhi pemilih secara negative campaign dan black campain. Mereka  secara bebas, terbuka dan terang-terangan bahkan terkesan mengajak membenci kandidat yang tidak didukungnya. Ironisnya, pengguna media social berlomba mendaulat hak mereka sendiri untuk menyuarakan pendapat sembari membungkam suara-suara dari pihak yang berbeda.

Kondisi di atas menjadi lahan subur bagi narasi-narasi sectarian dan rasialis untuk tumbuh. Secara umum penulis menilai percakapan dan interaksi antar pengguna media social tentang pelaksanaan Pilkada ditandai dengan upaya-upaya pembentukan musuh bersama yang bias dilihatdaripenyematan label negative ataupun stigma yang secara terbukadisampaikanuntuk menjatuhkan (down grade) nama baik pesaingnya. Sebut saja bagaimana sempat marak stigma janda bolong.  Sudah jelas bukan  kembang yang lagi fenomenon, tetapi disematkan kepada salah satu kandidat perempuan. Ejekan yang disampaikan secara terbuka di media social ini tentu berpotensi meregangkan ikatan persatuan yang telah lama terjalin baik di negeri ini. Bahkan jika dibiarkan akan berpretensi buruk terhadap pembangunan karakter bangsa yang beretiket dan berbudaya santun. Pihak yang diejek dan pendukungnya dapat menafsirkan tindakan tersebut sebagai sebentuk kekerasan media social dan pembunuhan karakter. Penulis bersyukur, kandidat yang didown grade dengan stigma tersebut tidak membalas melakukan hal yang sama untuk menyebarkan“kekurangan pribadi”kandidat kompetitornya.
Beberapa hari belakangan ini kembali marak di media sosial rumor yang menyudutkan ketua Tim Koalisi salahsatu Paslon di Pilgub Jambi 2020, yang juga merupakan pimpinan DPRD Provinsi Jambi. Secara terbuka dia dituduh telah melakukan operasi kotor di Pilgub Jambi dan menilep dana yang telah diberikan kandidat.

Penulis kembali bersyukur, politisi muda tersebut tidak menempuh jalur hukum, padahal itu dapat dilakukannya. Ketua Parpol ituhanya memberikan hak jawab di hadapan media. Dia membantah semua tuduhan dan rumor itu. Tegas dikatakannya, dia tidak pernah terlibat ataupun melakukan operasi kotor dalam pilgub Jambi, Dia tidak pernah bertemu dengan penyelenggara pemilukada dengan tujuan melakukan hal-hal inkonstitusional dan dia tidak pernah mendapat dana atau anggaran apapun darikandidat, justru dia banyak menghabiskan anggaran pribadi untuk kerja-kerja pemenangan kandidat. Dengan santaidia menutup pembicaraan, Banyak dapat fitnah, mungkin ini cara Allah untuk mengangkat derajat saya, ucapnya tersenyum. Ibarat hikayat Muhammad SAW. Beliau pernah dihujat dan dicaci maki, bahkan diludah saat syiar agama Islam. Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu. 

Setelah bantahan itu disampaikan sang politisi muda, dan banyak dimuat di berbagai media, beberapa hari kemudian, kembali ada buzzer menyampaikan fitnah yang sama di media sosial. Bagi penulis, ini adalah cerminan kurangnya kreatifitas buzzer, karena menyebarkan hoaks, informasi bohong, untuk menjatuhkan nama pesaingnya, demi meninggikan nama kandidatnya di mata masyarakat. Sekaligus hal ini juga dapat berakibat pada kemunduran demokrasi kita. Kalaulah sipenuduh yakin dengan tuduhannya, tentu lebih elok  dan elegance dengan menempuh jalur hukum.
Di masa mendatang, idealnya timsukses bias lebih focus untuk mensosialisasikan gagasan, visi, misi dan program kandidat yang mereka usung. Semua pihak seharusnya mampu menjaga etika dalam berpolitik, membangun sebuah opini ataupun isu negative dapat tergolong menyampaikan hoaks, informasi bohong, dan melanggar UU ITE. Sekali lagi, hal ini dapat merusak kualitas demokrasi kita bahkan dapat  merusak bangunan persatuan kita.

Tulisan ini tidak bertujuan untuk membeladan mendukung paslon manapun yang telah berkompetisi dalamPilgub Jambi 2020. Tidak juga untuk merendahkan atau  meninggikan nama salah satu Paslon. Tulisan ini hanya ingin menyampaikan pesan, bahwa cara berpolitik kita bangsa Indonesia, Jambi khususnya adalah cara berpolitik yang santun, ada fatsunnya, ada etikanya. Perilaku menghalalkan segala cara, termasuk menyebarkan berita bohong demi meraup suara dukungan politik harus segera kita tinggalkan, demi peningkatan kualitas demokrasi kita dan pelaksanaan pesta demokrasi yang aman, nyaman dan riang gembira. 

Terakhir, ternyata tidak hanya kandidat ataupun politisi pendukungnya yang diterpa oleh isu negative dan berita bohong. Salah satu partai politik besar dan tua di negeri ini juga kerap dihunjam dengan stigma dan label negatif yang tidak benar. Padahal  bangsa ini telah berkonsensus  untuk memilih system demokrasi dengan partai politik untuk melakukan suksesi kekuasaan. Ini adalah jalan damai yang telah dipilih bangsa ini. Maka, jika kita ingin kualitas demokrasi kita baik, partai politik sebagai pilarnya juga harus baik. Untuk itu, mari kita dukung orang-orang baik untuk memperbaiki  kualitas demokrasi kita, apapun partai politiknya, selama masih berideologi Pancasila.  Para buzzerpun jika tidak mau mendapat label preman politik, maka ubah kebiasaan menggunakan kata-kata sarkastis yang menghujat, memfitnah, menyerang direvisi dengan pilihan kata dan kalimat yang lebih asertif dan mengembangkan gaya bahasa yang  euphisme dalam bertutur. Hilangkan kebiasaan angel tenan tuturanmu. Salam.
Penulis adalah Dosen Jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Jambi.

(Red)
Share:

0 comments:

Posting Komentar



Arsip Blog

Beriklan Di sini?

Untuk beriklan Hubungi Contact Person +62 852 4655 3855





Total Tayangan Halaman